<$BlogRSDURL$>

Asrie M. Iman

Jakarta / Warga Epistoholik Indonesia

Monday, March 01, 2004


posted by bambang  # 4:58 AM
Selamat datang di situs blog saya
sebagai warga jaringan Epistoholik Indonesia.


Nama saya Asrie M. Iman, 60 tahun, pensiunan karyawan perusahaan minyak dan warga Jakarta Selatan. Pendidikan Fakultas Hukum UI dan MBA Executive (tidak selesai). Berkarier di bagian HRD di Union Carbide Corporation, Trakindo Utama dan terakhir di Hudbay Oil.

Anggota Asosiasi Manajemen Sumber Daya Manusia, pendiri koperasi di 2 perusahaan, pengurus TPA An Nur, Taman Bacaan Anak dan Buletin Masjid. Menekuni hobi melukis (figur, pemandangan, bunga) dengan cat minyak, menulis untuk majalah perusahaan dan masjid, berpuisi, dan flower arrangement yang sekarang menjadi sumber nafkah.

Saya menyambut antusias untuk bergabung dalam komunitas jaringan Epistoholik Indonesia. Sudah lama saya mempunyai dreaming, entah itu ditata pemerintah atau kelompok, yaitu upaya memanfaatkan tenaga para senior (pensiunan) untuk dimanfaatkan ilmunya bagi generasi penerus, apa pun keahliannya. Karena para warga senior ini sudah mempunyai nilai plus disamping skillnya, yaitu pengalaman yang hanya bisa didapatkan melalui waktu.

Salah satu proyek besar adalah bagaimana mendesain dan membentuk nation culture bagi bangsa Indonesia, seperti Jepang. Memang perjalanan sangat panjang. Proyek kecilnya bagaimana membentuk home culture dengan segala kualifikasi standar yang minimum. Suatu mimpi yang dapat diwujudkan karena kita sekarang di Era Informasi.

Tentang gethok tular ilmu, kami pernah berhimpun dalam Paguyuban Union Carbide, membuat workshop bagi generasi penerus (anak-anak karyawan yang siap kerja), antara lain meminta para nara sumber terpilih seperti Tanri Abeng, Mochtar Pabotinggi, Bondan Winarno dan lainnya, guna menyebarkan virus semangat dan kerja keras kepada mereka.

Terus terang, saya (kini) sedang sangat menikmati hari tua saya yang tidak lagi dikejar target, presentasi, tanggung jawab pekerjaan. Maklum di jabatan Human Relations banyak tetek dan bengek yang rambu-rambunya sangat luwes sehingga memerlukan penilaian yang bijak.

Sebagai epistoholik, saya meminati kehidupan sosial, manajemen, aktivitas kemasyarakatan. Menulis surat-surat pembaca sejak tahun 1975 di surat kabar Kompas dan Republika. Jumlah tulisan yang dapat dimuat sekitar 10 buah dan yang tidak dimuat sekitar 30 buah.

Suka duka sebagai epistoholik adalah : suka bila dimuat dan komentar dari kawan-kawan yang membaca biasanya memberi semangat untuk terus menulis. begitu pula sebaliknya

Saya berharap wadah jaringan Epistoholik Indonesia akan dapat melakukan banyak hal selama para anggotanya mempunyai visi dan misi yang sama. Mudah-mudahan EI bisa menampung semua aspirasi yang terpendam.


---------------------



UNTUK SCTV DAN NAFA URBACH : TAYANGAN HALO SELEBRITI
Dimuat di harian Republika (Jakarta), tanpa data tanggal.


Sebagai media hiburan, hendaknya apa pun yang ditayangkan SCTV ada misi yang disampaikan (pesan moral). Saya berharap tayangan Halo Selebriti tentang Nafa hanya suatu kekhilafan, akrena tak jelas sebenarnya apa yang ingin disampaikan ? Mereka yang mempunyai moral yang sama seperti Nafa juga akan berargumentasi enteng yang senada dan SCTV membantu menyebarkannya.

Untuk Nafa, bila jalan pikir Anda sudah mengacu pada Allah, moral, dan harga diri sebaiknya Anda mengenal lebih jauh tentang Allah dengan segala perintah dan larangan-Nya. Menjadi pekerja sinetron sinetron bukan untuk jadi ahli berdalih. Bagaimana Anda bicara atas nama Allah, moral dan harga diri Anda dalam keadaan –maaf- telanjang (walau belum bulat). Keyakinan Anda tentang Allah sudah ada, silakan lebih memahami !


Asrie Iman
Bendi Raya


Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 20/2/2004

-------------------------

FOR THE MINISTER WOMEN’S AFFAIRS
The Jakarta Post, 20/4/1998


From Suara Karya
Reading Suara Karya's article Tutty Alawiyah sympathetic with Karlina Leksono's struggle, I share your feelings, .Tutty Alawiyah.

Additionally, I am thinking of ways to express myself so as to be heard by the authorities to review the steps taken against Karlina and her friends. But as the state minister of women's affairs, it is not enough for you just to state your sympathy, because your function enables you to iron out the interpretation of Karlina's struggle.

You recognize that Karlina's struggle is that of a true mother, a part of the work program of your ministry is to give the rightful place to women.

In accordance with the President's message to you to uphold women's morality, Karlina's noble morality is proven by her representation of all mothers who are responsible for fostering a healthy generation of quality. The action launched by Karlina and friends was only a reaction to the stance taken bv the authorities who tend to be reactive and slow, while demand for nutrients and of the stomach know no compromise.

The state minister of women’s affairs, in cooperation with the minister of health as well as other ministers could jointly handle the concern voiced. by Karlina and friends. I hope that with your strong stance the concern of us all about Karlina's fate will soon be eliminated.

Do not watch from outside the fence, that is your own turf, please take a shovel and start digging. We are ready to join you.

Asrie Iman
Jakarta

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 20/2/2004

-------------------------------

REFORMASI PRILAKU - KABINET VII
Dikirimkan melalui fax ke Harian Kompas (Jakarta), 30/3/1998.


Gaya kepemimpinan para Penguasa Negara yang telah terlalu lama ditiru dan dijadikan budaya para jajaran lainnya di Pemerintahan, BUMN, bahkan sampai pada Dharma Wanitanya perlu dimasukkan dalam program reformasi yang tidak kurang pentingnya dari reformasi ekonomi dan politik yaitu Reformasi Prilaku. Bidikan pada reformasi ekonomi & politik akan lebih tepat sasaran bila The Man Behind the Gun juga telah direformasi.


Bahasa bergaya Kerajaan seperti Pemerintah mengabulkan, Niat baik ABRI, Anugerah Presiden, atau Prilaku para Pejabat yang senang diperlakukan sebagai Raja-raja/Ratu-ratu/Penguaasa yang tidak pernah salah, kalau pun ada minta dijunjjung duwur, pendem jero, mudah-mudahan tidak ada lagi pada Kabinet VII ini.

Ucapan-ucapan bijak dari KSAD baru yang mengingatkan peran ABRI bukanlah Arogansi fungsi atau cara Mentamben yang mendahulukan introspeksi sebelum inelakukan tindakan sangatlah menjanjikan rakyat yang telah lama sesak nafas menyaksikan gaya-gaya lama yang puluhan tahun sempat melumpuhkan akal sehat para yang mengelilinginya.

Mudah-mudahan jabatan yang di emban Bapak-bapak Kabinet ﷓ VII berpijak kembali kepada amanat murninya sebagai abdi negara dan abdi rakyat sehingga kiprahnya memang untuk memimpin/melindungi rakyat, bukan sebagai Penguasa negara.

SELAMAT BEKERJA BAPAK﷓BAPAK

Asrie Iman
Tanah Kusir, Jakarta Selatan.


Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 20/2/2004

----------------------------------------

TAP MPR 11/1973 : KLAUSA BISA BEKERJA SAMA
Dimuat di Harian Republika (Jakarta), 11/3/1998


Menarik untuk dikaji pengertian Bisa Bekerja Sama dalam hal hubungan kerja antara Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana tertuang dalam Tap MPR II /1973. Menurut hemat saya, siapa pun yang menyandang predikat pemimpin seyogyanya dalam bekerja dan berinteraksi dapat – dan harus dapat ﷓ bekerja sama dengan siapa pun dalam mencapai tujuan kerja atau misinya. Kelugasan dalam bekerja sama akan menunjukkan kekuatan sikap kepemimpinan seseorang (strong leadership skill) yang pada akhirnya akan memberi nilai kualitasnya sebagai pemimpin yang memang profesional.

Banyak terjadi ﷓ bahkan cenderung menjadi "budaya" bagi kebanyakan pemimpin, ketua, kepala organisasi ﷓ menginterpretasikan Bisa Bekerja Sama sebagai ketentuan memilih staf atau bawahan yang “bisa diatur", selalu in agreement, agar dapat menjaga "stabilitas kerja", sehingga praktik﷓praktik nepotis, korup, dan kolutif, dan primordial menjadi marak. Sebagai akibat, hal-hal negatif tersebut sebenarnya sudah bisa diantisipasi.

Sebagai contoh, dalam penanganan SDM di bidang rekrutmen, selama ini dalam proses penerimaan seseorang tidak dipertimbangkan apakah si kandidat nantinya dapat bekerjaa sama dengan calon atasannya, karyawan lainnya, atau bahkan dengan perusahaannya. Suatu perusahaan bahkan tidak menerima kandidat yang masih mempunyai hubungan saudara atau ikatan kekerabatan dengan atasannya, baik untuk untuk kesehatan hubungan kerja maupun etika bisnis.

Tampuk pemerintahan lebih mempunyai format yang jelas, calon-calon unggulan memang sudah berada pada perjalanan jalur karirnya (career path), karenanya rasanya siapa pun calon wakil presiden yang diajukan, presiden terpilih seyogyanya tidak perlu lagi menggunakan kebebasan memilih calon lainnya hanya sekedar mencari yang "Bisa Bekerja Sama” dengannya.


Asrie Iman
Bendi Raya, Jakarta Selatan


Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 20/2/2004

--------------------------------

DAKWAH : SALUT UNTUK ZAINUDDIN MZ
Dimuat di Harian Republika (Jakarta), 23/1/1993


Dari mulai mengenal namanya dalam uraian majalah Tempo sampai mendalami kaset﷓kaset serta dakwah﷓dakwahnya yang terus saya ikuti di siaran ABRI Suara Jakarta, terus terang saya makin terpesona dengan gaya dakwah Pak Zainuddin M.Z. Beliau dapat membawakan masalah agama yang biasanya alot dicerna dengan cara pop dan penuh humor.

Dakwahnya tak pek pernah vulgar, permisalan-permisalannya banyak yang orisinil, dialog suatu cerita dibuat santai dan kena. Walaupun demikian kata﷓katanya mencerminkan keteguhan prinsip yang jelas, ideologi yang mantap. Ia selalu berusaha menjernihkan persoalan dalam beragama dan jauh dari usaha memecah belah.

Tujuan yang ingin dicapainya, yakni anak﷓anak muda sebagai generasi vang ingin ia perbaiki, betul-betul terjamah (terdengar dari tawa anak﷓anak mula pada background dakwahnya.)

Barometer lainnya ialah anak﷓anak saya yang remaja cukup antusias membawa kaset﷓kaset ceramahnya di mobil, di antara kecondongan mendengar musik﷓musik kesenangan mereka, hal yang tidak saya bayangkan sebelumnya. Menurut mereka dakwahnya segar, menghilangkan stress, sekaligus membina perilaku Islam dengan humor-humomya yang orisinil. Yang lebih tidak disangka, para pendengar non﷓Islam pun suka mengikuti dakwahnya. Sampai sekarang belum ada da'i yang saya unggulkan lebih.dari beliau. Pesan﷓pesan yang disampaikannya umumnya 70 persen tetap menempel di kepala. Suatu komunikasi yang berhasil !

Beliau betul-betul pembawa pembaharuan di bidang dakwah. Rasanva di era informasi ini Pak Da'i yang satu ini bisa diberi pengakuan sebagai Pakar Agama/Pakar pendidik dan komunikator yang komunikatif.

Profesionalisme seperti ini perlu dikukuhkan dan rasanya lebih bermutu dibanding pengukuhan-pengukuhan vang bersifat gengsi, agar terbudava figur﷓figur yang diunggulkan untuk jadi panutan. Karena usul ini tidak tahu harus kemana menyalurkannya. mungkinkah Siaran ABRI dapat mensponsorinnya ?

Pak Zai, salut untuk Pak Haji dari hati yang paling dalam.

Asrie Iman
Bintaro Jaya, Tangerang.

Diketik ulang oleh Bambang Haryanto, 20/2/2004

----------------------------------------













posted by bambang  # 4:58 AM

Archives

03/01/2004 - 04/01/2004  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?